Tidak Akan Pernah Ditinggalkan!

October 04, 2018


Tidak akan pernah ditinggalkan
Foto : Pexels

Hampir setiap pagi, suami dan saya berjalan kaki bersama. Rute yang kami lewati bervariasi, ada jalan yang rata, menurun, dan menanjak. Suami saya tidak pernah kesulitan pada setiap tipe jalanan tersebut, tapi bagi saya, tantangan terberat adalah ketika melewati jalan menanjak. Kadang, saya harus melambatkan ritme jalan, agar napas saya bisa kembali stabil dan teratur.

Suami saya, seringkali menarik tangan saya, atau memegang bahu saya dengan kedua tangannya, lalu mendorong, agar saya bisa berjalan lebih cepat…
Ini menolong, tapi tidak lama, saya tetap melambat pada akhirnya… hihiiii…

Suatu ketika, suami saya mengusulkan untuk mengganti rute yang biasa kami lalui. Ketika saya lihat, ternyata rutenya lebih berat dari yang biasa, dan tentu saja saya menolak, lha, yang biasa dilalui saja saya belum ‘lulus-lulus’.
Akhirnya, suami saya mengalah, dan tetap memilih rute yang biasa demi bisa tetap berjalan bersama.

Lalu sayapun merenung, keinginan dia untuk pindah rute tentunya karena rute yang biasa sudah tidak menantang bagi dia, dan dia merasa tidak mendapat manfaat yang maksimal. Kenapa tidak menantang? Karena dia selalu mengikuti ritme berjalan saya, yang notabene lebih lambat dari dia. Aah, saya tidak boleh egois!

Malamnya, saya katakan padanya, bahwa saya rela ‘ditinggal’ ketika dia merasa saya melambat. Awalnya dia ragu, tapi demi melihat saya bersungguh-sungguh mengatakannya, diapun akhirnya setuju.

Baca juga: A Year has Passed

Keesokan paginya, kamipun mulai berjalan pagi seperti biasa. Rute awal biasanya rata, kami masih berjalan bersama. Rute selanjutnya adalah rute menanjak, dan saya sudah mulai melambat karena kecapaian. Ketika saya lihat dia ragu mau jalan duluan, saya katakan, “Jalan saja, ga apa-apa!”

Ketika dia mulai berjalan meninggalkan saya, sebenarnya di hati merasa sedikit menyesal sudah menyuruh dia berjalan duluan, tapi saya mengerti, ini semua demi kebaikan bersama. Dia dan saya bisa mendapat manfaat maksimal sesuai dengan kemampuan kami masing-masing, dan sayapun mulai bersemangat lagi.

Lama-kelamaan diapun menghilang dari pandangan saya. “Ga apa-apa,” pikir saya, “Nanti dirumah juga ketemu lagi,” begitu saya menghibur diri. Sayapun kembali jalan dengan santai.

Ternyata, dia menunggu saya di ujung jalan menanjak, yang sesaat lagi akan menurun. Sambil menunggu saya sampai, dia tetap berjalan berputar-putar disekeliling lokasi tersebut. Saya lihat keringatnya sudah mulai bercucuran, dan napasnya memburu. Terlihat capai, tapi juga puas!

“Turunan kita bareng yaaa, sampai rumah!”
Aaah, bahagianya saya! Ternyata saya tidak ditinggalkan. Saya tetap ditunggui, dan kami tetap bisa pulang bersama sampai ke rumah.

Sejak hari itu sampai sekarang, kami melakukan hal seperti diatas ketika jalan pagi. Ada saatnya dia meninggalkan, ada saatnya dia menunggu dan berjalan bersama lagi, sampai tiba dirumah.

Kejadian diatas mengingatkan saya kepada kasih dan kesetiaan Tuhan kepada setiap umatNya. Dalam setiap proses pergumulan kita, Dia selalu berjalan bersama kita, tapi ada saatnya kita harus ‘dilepas’ agar kita bisa ‘menikmati’ dan mengerti hikmah dari setiap proses yang diizinkanNya. Pencobaan-pencobaan yang diizinkan terjadi dalam kehidupan kita tidak akan melebihi kekuatan kita. Tuhan kita setia! Dulu, sekarang, bahkan sampai selamanya, kasihNya tidak berubah!
Ketahuilah janjiNya, bahwa Tuhan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman!




You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Subscribe