A Year has Passed

June 08, 2018



Puji syukur kepada TUHAN, hasil pengambilan raport hari ini, Shalom naik ke kelas 2.... Yeeaaayyy!!


Hasil ketetapan raport Shalom
 
Siik siikk.... Kok senengnya lebaay siiih?
Hihihiiiii.... iya yaaah?
Maklumlah, sudah lama saya dag dig dug menunggu berita membahagiakan ini.
Bagaimana tidak?
Kalau diingat-ingat kembali perjalanan akademik Shalom selama kelas 1 ini, sungguh membuat saya was-was dan benar-benar hanya bisa mengandalkan kuasa dan kekuatan TUHAN saja.

Awal-awal masuk Shalom sempat kewalahan dengan segala materi pelajaran yang diterima dari sekolahnya.
Bagi anak-anak lain mungkin materi pelajaran kelas 1 ini masih dapat diikuti dengan mudah karena materinya masih termasuk sedikit dan mudah dipahami. Awalnya saya juga berpikir begitu, karena saya berpikir Shalom sudah cukup lancar berbicara dengan siapapun selama ini, hanya paling nanti tinggal nambah dan belajar kata-kata baru saja.

Namun dugaan saya ternyata meleset!
Saya kurang mempertimbangkan kalau di kelas 1 ini, jauh lebih ‘luas’ berbahasanya dari yang saya pikirkan.
Penggunaan kalimat yang baku yang tidak kami gunakan dalam bahasa sehari-hari menjadi kendala Shalom dalam memahami setiap pertanyaan yang diajukan, apalagi usia mendengar Shalom beda 2 tahun dari usia biologisnya, yang artinya, walaupun usia Shalom sekarang 6 tahun, tapi dia ada keterlambatan mendengar selama 2 tahun, jadi usia mendengar dan pemahaman bahasanya pun masih seperti anak 4 tahun.

Dia masih suka bingung kalau membaca pertanyaan seperti ini,
“Apakah kamu merasa senang?”,
“Dimanakah kamu tinggal?”,
“Dengan apa kamu berangkat ke sekolah?”, dan sebagainya.
Tapi kalau pertanyaannya saya rubah dengan menggunakan bahasa sehari-hari,
“Shalom senang ga?”
“Rumah Shalom dimana?”
“Tadi Shalom pergi ke sekolah naik apa?”
Naaah, itu bisa dijawabnya dengan lancar....

Alhasil, pada awal semester 1 nilai akademik Shalompun otomatis jauh dari kata bagus. Banyak nilai yang di bawah KKM, dan ini yang membuat raport bayangannya ada ‘bunga bermekaran’ sebanyak 4 mata pelajaran.... Hiks....

Puji TUHAN walikelas Shalom ibu Rani adalah guru senior yang sangat perhatian kepada setiap murid-muridnya. Beliau ini juga mantan guru koko Sam waktu kelas 1 dan 2 SD dulu looh. Beliau tegas namun ramah, dan selalu bersedia diajak berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan Shalom di kelas sehingga sayapun menjadi lebih mudah mengajarkan Shalom dirumah.


Ibu Rani, guru senior yang perhatian 

Perjuanganpun dimulai...

Kami perlu ‘ngebut’ untuk mengejar ketertinggalan Shalom akan pemahaman bahasanya dan juga beberapa materi pelajaran lainnya, terutama bahasa Inggris dan bahasa Sunda.
Setiap hari sepulang sekolah, Shalom langsung makan, mandi, lalu dimulailah sesi belajar.
Karena banyak kata yang belum dia pahami, maka kata-kata yang dia tidak tahu perlu dijelasin dulu. Juga saya ajarin cara pengucapannya yang benar. Sesi ‘menjelaskan’ ini memang perlu waktu ekstra, apalagi jika telinga Shalom sedang bermasalah, yang mengakibatkan kualitas pendengarannyapun berkurang drastis.
Walhasil, hampir setiap hari Shalom menghabiskan waktu belajarnya bisa sampai 4-5 jam, bahkan kadang lebih dari itu, ckckckck.....


Selalu ceria dan semangat belajar

Oya, 4-5 jam itu bukan berarti duduk belajar tok terus yaa... Ada kok break timenya. Ada momen belajar sambil mainnya, ada momen snackingnya, dan sebagainya. Tapi intinya tetap belajar.... Tetap ada buku pelajaran yang menyertai di samping dia atau saya. Saat dia benar-benar istirahat, sayapun mulai menulis soal-soal kembali untuk dia kerjakan setelah waktu istirahat yang hanya 10 menit berakhir.
Puji TUHAN Shalom anak yang ceria, penuh semangat dan memiliki daya juang yang tinggi. Belajar lama seperti itu, dia tidak pernah ngambek loooh.... paling kalau benar-benar lelah dia beritahu saya, dan saya kasih dia tidur dulu (tapi ini jarang terjadi, Shalom hampir tidak pernah tidur siang, dia terlalu full of energy, hahahaaa....). Mau intip salah satu gaya belajar Shalom, bisa klik Disini, yaa....


Break time

Streamer dan ABD

Jumlah murid yang berjumlah 40 anak dalam sekelas, membuat Shalom cukup kesulitan untuk mendengar dan memahami penjelasan guru. Walaupun Shalom selalu duduk paling depan karena pertimbangan gangguan dengar dan penglihatannya, namun tetap masih menyulitkan baginya karena sistem kerja ABD yang membuat semua suara menjadi lebih keras, jadi semua suara yang ada terserap semua ke pendengaran Shalom. Suara pensil jatuh dan gesekan antara tempat pensil dengan meja saja, mungkin bisa terdengar jelas ke telinganya. Jadi otak Shalompun harus bekerja lebih keras untuk lebih dapat memilah suara mana yang harus dia dengar.

Dengan kendala seperti itu, maka kami putuskan untuk mengganti ABD digital Shalom dengan yang lebih baik dan juga menambah streamer untuk Shalom dapat mendengar lebih baik.
ABDnya kami ganti menjadi yang 10 channels dari sebelumnya 4 channels, agar suara yang didengar Shalom menjadi jauh lebih natural dan jernih, walaupun saya tahu secanggih apapun suatu teknologi, tetap tidak bisa menggantikan sempurnanya alat pendengaran buatan TUHAN, tapi at least kami akan selalu berusaha semaksimal mungkin.

Streamer, yang didatangkan dari Swedia ini, adalah sebagai alat tambahan yang akan ter-pairing dengan ABDnya menggunakan sistem bluetooth dan berfungsi untuk dia dapat lebih fokus mendengarkan suara guru pada saat sedang menjelaskan dalam kelas. Streamer ini akan dikalungkan di leher Shalom selama penggunaan, dan gurunya akan menggunakan mini mic yang disematkan di bajunya, jadi guru yang memakainya tidak akan terganggu karena kedua tangannya masih bisa bergerak bebas, dan dia masih dapat berjalan-jalan berkeliling kelas sambil menerangkan. Dengan menggunakan streamer dan ABD yang lebih baik, diharapkan Shalom mendapat manfaat dan hasil maksimal dari pendengarannya.... Aamiiin!  Lihat Disini, yuk, untuk mengetahui lebih jauh tentang alat-alat ini. Untuk pemakaian seperti yang Shalom gunakan sehari-hari dalam kelasnya, bisa langsung dilihat di menit ke 2:37 -  3:34. 


ABD,  mini mic (hitam), dan streamer, yang ukurannya sama tingginya dengan UHU tube 7g

Dukungan orang-orang hebat

Keberhasilan Shalom naik ke kelas 2 pastinya juga tidak terlepas dari orang-orang hebat di sekelilingnya. Mulai dari walikelasnya ibu Rani dan pendamping kelas suster Westi, guru-guru mata pelajaran lainnya, seperti ibu Marta (agama Katholik), miss Olivia dan miss Retna (bahasa Inggris), ibu Titi (komputer), pak Agung (seni musik), ibu Agni (seni lukis), ibu Ayu (seni tari), ibu Devi (bimbingan konseling), pak Widi (olahraga) dan pak Firman (bahasa Sunda), juga dukungan dari kepala sekolahnya ibu Karyati.
Terima kasih yang tak terhingga kepada para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Dukungan dari teman-teman Shalom beserta para mamanya juga dahsyat. Tidak pernah sekalipun Shalom bercerita kalau ada temannya yang berlaku buruk padanya.
“Semua baiiiiiikkk!” katanya ketika saya tanya bagaimana teman-teman Shalom.
Mereka di kelas tidak pernah ada yang mengejek Shalom dengan segala kekurangannya.

Ibu Rani pernah bercerita di kelas teman-teman Shalom selalu antusias membantu Shalom mengulang ucapan guru bila Shalom tidak mendengarnya. Juga mereka saling menjaga Shalom terutama pada saat jam istirahat, dimana banyak anak berlarian di lapangan sekolah, mereka menjaga agar Shalom yang berbadan mungil tidak tertabrak anak lain dan juga agar ABD Shalom tidak disentuh-sentuh anak kelas lain yang penasaran alat apa itu yang ada di telinga Shalom.

Suatu kali sepulang sekolah, Shalom dengan wajah sumringah dan nada yang gembira bercerita bahwa sewaktu dia tidak masuk beberapa hari kemarin karena harus kembali dioperasi di bulan Oktober 2017, teman-teman dan ibu guru berdoa bersama di kelas agar Shalom lekas sembuh dan bisa kembali lagi secepatnya ke sekolah.
Kemudian dia berkata, “Nanti malam kita juga doakan ibu Rani dan teman-teman ya, ma. Supaya mereka juga selalu sehat...”
Sungguh teman-teman yang luar biasa, dan saya sangat yakin mereka bisa sedemikian perhatiannya kepada Shalom yang dari ‘kacamata’ awam tentunya ‘berbeda’ dengan anak-anak lain, tentunya karena didikan yang benar dari orang tua mereka, terutama dalam membangun empati kepada sesama dan lingkungannya sejak usia dini.

Selain doa, para mama juga sering banget mendukung Shalom dan menguatkan saya untuk selalu semangat. Kami di grup Whatsapp walaupun tidak sering berjumpa karena kesibukkan masing-masing, tapi sudah merasa seperti keluarga. Saya bahagia sekali dengan kekompakkan dan ketulusan hati para mama 1B ini.

Terima kasih yaaa para mama dan teman-teman Shalom kelas 1B: Adinda, Amanda, Amel, Andra, Andrew, Angel, Arthur, Arya, Austin, Brian, Cornel, Danis, Elfan, Evanee, Felix, Figo, Gaven, Genaya, Grace, Hayu, Hilary, Isabelle, Janice, Jessica, Jocelyn, Joshua E, Joshua K, Keio, Kenzie, Kevin, Keyla, Lionel, Marco, Matthew, Merry, Michelle, Nicky, Niko, Steven.
Kalian memang waaaaaarrr biasaaaaaahhh!


Foto kelas bersama Ibu Rani, Suster Westi, dan teman-teman hebat 1B

Dukungan dari keluarga juga sangat berpengaruh dalam kesuksesan Shalom selama kelas 1 ini.
Saya teringat suatu hari di akhir semester 1, ketika sedang belajar untuk midtest bahasa Indonesia, waktu itu sedang belajar “Silsilah Keluarga”. Nah, saya sangat kesulitan mengajarkan ini ke Shalom. Sudah pakai segala cara, dari gambar, boneka, foto, tidak ada yang ‘nyangkut’ sama sekali di otak Shalom.... hiiiks...

Waktu itu saya sudah lelah sekali, dan bukan lelah fisik saja, tapi juga lelah pikiran karena memikirkan nilai-nilai Shalom yang tidak baik.
Tiba-tiba, saya hanya mau menangis saat itu. Saya tidak tahu lagi harus bagaimana mengajarkannya. Melihat saya tiba-tiba menangis, Shalompun ikut-ikutan menangis disamping saya sambil terus berkata, “Maaa... Maaaf ma.... Maaa....Maaaf maaa....”
Bukannya mereda, tangisan saya malah menjadi. Jadilah kami berdua bikin koor “tangisan yang senada”.
Tiba-tiba pundak saya ada yang belai, ternyata koko Sam.
“Sudah, mama istirahat aja di sebelah, biar dede Sam yang ajarin!” kata-katanya lembut namun ada ketegasan dalam ucapannya. Dari mau menolak akhirnya sayapun menurut.
Selama beberapa jam ke depan, koko dengan sabar mengajari Shalom, padahal koko sendiri juga sedang midtest dan sedang belajar saat itu. Tapi sepertinya dia ga tega liat mama dan dedenya kompak bertangis-tangisan. Tidak terasa sayapun tertidur dengan mata masih basah selama koko mengajari Shalom.

Koko dan Shalom sengaja tidak membangunkan saya. Sampai akhirnya saya terbangun sendiri karena sadar belum menyiapkan makan malam. Ketika masuk ke dapur, ternyata suami saya sudah pulang dari kantor dan sedang menyiapkan makan malam kami. Sungguh saya berterima kasih kepada TUHAN untuk keluarga yang sangat mendukung saya demi keberhasilan Shalom.

Dukungan doa dan semangat juga selalu diberikan dari mami saya, juga kakak dan adik-adik saya. Mereka juga tidak henti-hentinya menyemangati saya dan selalu memberikan kata-kata penguatan dalam mendidik dan mengajari Shalom. Mereka selalu menyemangati saya dengan mengatakan, “Shalom pintar!”
“Shalom bisa!”
Dan sayapun menjadi bersemangat kembali karena sering ‘dipecut’ seperti itu....


Keluarga yang selalu mendukung, menyemangati dan mendoakan

Perjuangan belum berakhir

Naiknya Shalom ke kelas 2 membuat saya bersyukur dan juga benar-benar merasakan pertolongan dan kekuatan TUHAN yang terus mengalir setiap saat.
Tapi ini juga mengingatkan saya bahwa perjuangan belum berakhir.
Untuk itu saya hanya akan tetap mengandalkanNYA sebagai sumber kekuatan dan penghiburan saya.

Selama Shalom menempuh pendidikan di kelas 1 ini, banyak hal yang terjadi diluar ekspektasi saya. Ada kalanya Shalom belajar dirumah sudah bisa dan saya yakin dia akan mendapat nilai di atas KKM, tapi ternyata pas dapat hasilnya, dibawah KKM... Lemes deh saya...

Ada beberapa kali telinga Shalom mengalami penurunan pendengaran karena ada cairan di telinganya dan harus dioperasi pengeluaran cairan dan pemasangan gromet t-shape, nah di kala itu nilai akademik Shalompun menurun drastis.

Terus terang, dari awal saya sudah mempersiapkan hati saya jika nanti Shalom dinyatakan tidak naik kelas karena nilainya turun naik terus. Tentunya bukan berarti menyerah, tapi supaya saya tidak terlalu kecewa dengan harapan saya yang saya anggap terlalu muluk saat itu. Tapi kemudian semangat sayapun bangkit lagi ketika melihat semangat Shalom yang tinggi untuk belajar, belajar, dan belajar.

Pernah suatu kali Shalom bertanya kepada saya ketika suatu hari pulang dengan menunjukkan nilai ulangan yang di bawah KKM,
“Mama, kenapa ibu tulis kata ‘belajar!’ disamping nilai?”
“Itu tandanya Shalom diingatkan untuk belajar” jawab saya.
“Shalom kan sudah belajar... Tapi ga di depan ibu, jadi ibu ga tahu...” pungkasnya.
“Iya, ini artinya Shalom harus lebih rajin lagi belajar, supaya nilainya lebih tinggi dari KKM” balas saya.
“Oooh jadi kalau Shalom dapat (nilai) lebih tinggi, ga ada tulisan ‘belajar’ pake tanda seru?” tanyanya.
“Iya, ga ada” Jawab saya sambil senyum dalam hati mendengar kata-kata polosnya.

Sejak percakapan itu, Shalompun benar-benar saya lihat berusaha membuat nilainya di atas KKM, dan dia akan senang sekali menunjukkan pada saya apabila nilai-nilainya bagus, begini katanya dengan wajah sumringah, “Mama, Shalom dapat ulangan ga ada kata ‘belajar’nya!” Hahahaaa......


Belajar di rumah sakit sambil menunggu giliran diperiksa

Anakku Shalom,
Terima kasih untuk perjuanganmu selama di kelas 1 kemarin. Mama bangga dan senang lihat semangatmu dalam mengejar ketertinggalan pada awal-awal masuk kelas 1 kemarin.
Tapi ingat ya sayang, perjalananmu masih panjang ya nak....
Mama hanya berharap diatas segalanya, yang terutama kamu harus mengasihi dan mendahulukan TUHANmu dahulu....

Ingat nak, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan.”
Ini adalah jaminan kepandaian sepanjang hidupmu, nak.
Kelak, kau akan penuh dengan hikmatNYA selama engkau mengasihiNYA setulus hatimu. Percayalah!

TUHAN besertamu, nak!

You Might Also Like

2 comments

  1. Mewek bacanyaaa 😭😭😭
    Luar biasa penyertaan Tuhan dalam khdpn Shalom & klrg. Poin yg didpt adlh: Selama kita percaya & mengandalkan Tuhan, maka kita tidak akan pernah dikecewakan.

    Roman 10:11 (Amplified Bible, Classic Edition, AMPC)
    The Scripture says, No man who believes in Him [ who adheres to, relies on, and trusts in Him] will [ ever ] be put to shame or disappointed.

    Thank you for sharing these beautiful and inspirational writings ❤👍🏼🙏🏼👏🏼💐

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiiinn... Thank youuu May.... And thank you for all support to us.... 🙏🏼😍❤️😘

      Delete

Popular Posts

Subscribe