Welcome to the Water World

January 14, 2009

Awal tahun 2009 disambut dengan alam yang kurang bersahabat. Hujan dengan intensitas sedang sampai berat masih sering mengguyur sebagian besar wilayah di Indonesia. Sebagian orang yang rumahnya menjadi langganan banjir mulai mempersiapkan diri, memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi, menata karung-karung pasir, membuat tanggul pengaman, menyiapkan perahu karet dan makanan-makanan instan.

Sepertinya kegiatan-kegiatan diatas sudah menjadi rutinitas tahunan di berbagai wilayah rawan banjir. Tapi anehnya, sebagian besar dari mereka –yang rutin kena banjir- tidak punya keinginan untuk pindah. Berbagai alasan dilontarkan, mulai dari sudah lamanya mereka tinggal di daerah itu, rumah warisan –yang tidak boleh dijual karena harus diberikan turun-temurun ke generasi berikutnya-, sampai pada alasan klise tidak mampu membeli rumah ke lokasi yang lebih baik.

Dari situs pertemanan yang saya bergabung didalamnya, topik hari-hari ini sebagian besar adalah tentang banjir. Ada yang rumahnya sudah terendam, ada yang was-was karena air sudah masuk ke garasi rumahnya, sampai ada yang terisolasi dirumah sendiri karena disekitar rumahnya sudah menjadi "lautan". Welcome to the water world!!!

Kalau dipikir-pikir kenapa sih banjir “rajin” mengunjungi sebagian besar wilayah di Indonesia? Selain karena curah hujan yang intensitasnya tinggi dengan durasi yang lama, ada beberapa faktor yang membuat banjir rajin mengunjungi wilayah-wilayah tersebut. Menurunnya fungsi DAS (Daerah Aliran Sungai), menyempitnya palung sungai karena berbagai sebab, juga pasangnya air laut yang menimbulkan efek back water, menyusutnya atau menghilangnya daerah-daerah resapan air, dampak pemanasan global, sampai kepada ulah manusia sendiri yang tidak peduli dengan lingkungannya.

Pemecahan problema banjir tidak hanya dihadapkan pada masalah-masalah teknis saja (gejala alam), tetapi juga oleh masalah-masalah yang berhubungan dengan kepadatan penduduk yang melampaui batas. Sebagai contoh: kota Jakarta. Kota ini mempunyai daya tarik yang sangat tinggi di segala aspek, sehingga banyak pendatang yang “tergiur” untuk datang ke Jakarta. Berbondong-bondong orang dari luar Jakarta datang untuk sekedar mencari nafkah atau bahkan mencari kehidupan yang lebih baik, sehingga limpahan penduduk ini membuat tekanan atas kota Jakarta semakin besar dan pencemaran lingkunganpun semakin berat. Belum lagi masalah bangunan-bangunan liar yang dibangun di pinggiran sungai bahkan ada yang melewati batas bibir sungai, dan juga kebiasaan mereka yang membuang sampah di saluran dan sungai yang sudah jelas dampaknya akan mengganggu aliran sungai.

Bencana banjir memang tidak dapat dicegah, tapi bisa kita kendalikan demi mengurangi dampak kerugian yang diakibatkannya. Persiapan-persiapan untuk menghadapi banjir –terutama daerah rawan banjir- perlu dilakukan sedini mungkin. Walaupun tidak ada yang benar-benar mampu membuat persiapan sempurna untuk kejadian-kejadian yang unpredictable, namun mengadakan persiapan jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.

Persiapan-persiapan dasar yang patut dilakukan mencakup:
Pertama, menyediakan tas yang berisi air minum, makanan-makanan instan, pakaian cadangan, jaket, lampu senter, radio kecil berikut baterai cadangan untuk tetap bisa memantau keadaan, juga dokumen-dokumen penting. Kedua, catatlah nomor-nomor posko banjir yang terdekat dengan wilayah masing-masing. Ketiga, menyiapkan perlengkapan P3K dan alat-alat standard penyelamatan. Keempat, apapun yang terjadi, pastikan anda tidak berada dalam kondisi panik dan shock.


Kita tidak tahu kapan bencana banjir ini akan datang dan kapan berakhirnya. Kesiapan kita dalam menghadapi bencana akan semakin memperkecil resiko terjadinya bencana, karena tidak ada dua bencana yang sama, yang ada adalah korban yang sama.

Ada ungkapan yang sangat terkenal dari Gilbert F. White (di AS dijuluki bapak flood plain management): Banjir adalah kehendak Tuhan, tapi kerugian banjir adalah (sebagian besar) akibat perbuatan manusia. Untuk itu, mulai dari sekarang kita harus bertindak untuk mengurangi resiko banjir yang kerap kali datang berkunjung. Let’s ACT to make a better world, not a better water world!

You Might Also Like

6 comments

  1. hmm....yup..yup...let's make a better world, walaupun sepertinya sudah terlambat tapi yakinkan aja klo usaha apapun yg kita lakukan untuk membuat bumi lebih baik tidak akan pernah sia2. Mulai deh dr diri kita pribadi untuk mewujudkannya. Sudah waktunya untuk tidak hanya TERGERAK untuk melakukannya, tapi BERGERAK-lah sekarang!!!

    ReplyDelete
  2. Artikel yang sangat menarik dan relevan untuk saat ini. Kembangkan terus kemampuan menulismu ya, Lisa. I'm so proud of you. Jika sudah mantapkan hati, saya dukung kamu untuk kirimkan artikel2 ke media massa.

    ReplyDelete
  3. I think this article is very usefull! Keep on writing & sharing your thoughts, Lisa. Keep up the good work!

    ReplyDelete
  4. Wow lis akhirnya..... di publish juga..... ha ha ha..

    ReplyDelete
  5. Artikel bagus n berguna, trims ya udah ngasih tau mesti ngapain kalo kena banjir

    ReplyDelete
  6. Makasih ya buat comment2nya.... Gbu all.

    ReplyDelete

Popular Posts

Subscribe